SIMALUNGUN, Bundarantimes.co – Staf Khusus Menteri Hukum dan HAM, Bane Raja Manalu mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin (19/12/2022). Ia memberikan arahan kepada jajaran pejabat struktural dan pegawai lapas, serta memberikan motivasi kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).
Usai memberikan arahan kepada pegawai, Bane Raja Manalu menyambangi sekitar 85 WBP dan keluarga di pendopo tempat keluarga WBP berkunjung. Bane menyemangati para WBP dan berharap mereka mengambil banyak pelajaran dan bisa tetap produktif saat kembali ke masyarakat.
“Lalu setelah kalian melihat anak dan istri, ada kerinduan untuk berkumpul. Rindu membesarkan anak-anak bersama. Jadi harapan saya dan Kalapas, jangan pernah berpikir untuk kembali ke sini. Kalau sudah bebas dari Lapas ini, jangan pernah kembali lagi. Coba lihat anak-anak ini. Anak Indonesia yang masa depannya masih panjang,” ujar alumni SMA Negeri 3 Pematangsiantar tersebut.
Bane menyampaikan bahwa WBP juga harus berani bermimpi dan berusaha keras mewujudkan mimpinya itu.
“Mudah-mudahan anak bapak ibu ke depan, kalau pun masuk ke sini tapi sudah jadi Kalapas. Bukan untuk menjadi warga binaan. Karena masa depan mereka masih panjang dan cerah. Kalau tidak jadi kalapas, jadi walikota atau jadi pengusaha. Mereka bisa meraih mimpi seperti tadi, kalau bapak dan mamaknya sama-sama membesarkan dan membina anak-anak dengan baik,” ungkap Bane.
WBP saat ini paling banyak terjerat kasus narkoba. Bane mengingatkan agar WBP menjauhi narkoba dan mulai berkegiatan positif dan mengasah keterampilan yang memacu produktivitas.
“Ayolah, kembali ke jalan yang benar. Di sini sudah dibina. Semoga besar manfaatnya. Berita baik, kalau dulu orang-orang yang terjerat narkoba tidak ada dapat remisi, tidak ada dapat potongan-potongan lainnya yang mempercepat WBP keluar. Tapi saat ini, karena Menkumham Bapak Yasona Hamonangan Laoly dan Bapak Presiden Jokowi bukan orang yang berkeinginan menghukum orang agar sampai mati. Kita masih memahami setiap manusia pasti ada masa pertobatan. Dan diberikan kesempatan.
WBP akan mendapat kemudahan-kemudahan mendapat remisi. Untuk mendapatkan itu butuh perilaku yang baik. Tentu butuh penilaiaan dan Kalapas,” beber pendiri BAGAK ini.
Menurut Bane, semua orang punya masa lalu, bisa berbuat salah, tetapi kesempatan untuk berbenah dan memperbaiki diri harus dimanfaatkan.
“Ingat masa depan anak-anak ini. Saya sengaja mengajak keluarga WBP yang punya balita. Karena kalau bapak dan mamak begitu melihat mata anaknya, pasti terenyuh. Sebagai manusia yang baik, kita pasti ingin melihat anak kita punya masa depan,” ungkap alumni Universitas Indonesia tersebut.
Masih kata putra asli Siantar-Simalungun ini, tali asih yang diberikan kepada keluarga WBP berupa beras, makanan tambahan balita dan minyak goreng, diharapkan bisa menambah kebahagian di akhir tahun ini.
“Mungkin tidak seberapa nilainya, tapi terimalah dengan ikhlas. Saya berdoa agar anak-anak kita ini menjadi anak-anak yang punya masa depan yang akan berhasil,” ujar Bane.
Dalam kesempatan tersebut turut hadir, Kalapas Kelas IIA Pematangsiantar, Fitra Jaya Saragih, KPLP, Raymond Andika Girsang, dan seluruh jajaran pejabat struktural serta pegawai Lapas Kelas IIA Pematangsiantar. (rel)